Mann menyimpulkannya setelah mengamati rekaman video 13-20 mahasiswa dari populasi 107 mahasiswa. Rekaman itu diambil ketika para mahasiswa menyaksikan enam persentasi topik ilmiah yang masing-masing berdurasi tujuh menit. Tidak ada dari para mahasiswa itu yang sadar aplaus yang mereka lakukan sedang diamati peneliti.
Mann pun memproses data jumlah tepuk tangan, waktu mulai dan berhenti tepuk tangan dari masing-masing partisipan dengan beberapa model matematika.
Hasilnya peluang peningkatan sesorang bertepuk tangan berbanding lurus dengan jumlah penonton lain yang sudah bertepuk tangan. Semakin banyak yang mengaplaus, semakin kuat tekanan untuk bergabung dalam gelombang aplaus tersebut.
(http://www.metrotvnews.com/lifestyle/read/2013/07/09/913/166568/Tepuk-Tangan-Ternyata-Menular)