Tanggal 22 Oktober 1962 : Krisis Rudal Kuba

Lima puluh satu (51) tahun yang lalu, Presiden John F. Kennedy mengeluarkan pengumuman genting kepada seluruh rakyat Amerika Serikat melalui siaran televisi. Dia memperingatkan rakyat agar bersiap hadapi ancaman serangan nuklir setelah ditemukan pangkalan rudal Uni Soviet di Kuba, tetangga AS di sebelah selatan.

Menurut The History Channel, AS dan Uni Soviet di dekade 1960an memasuki saat-saat genting dalam persaingan politik internasional di era Perang Dingin, dengan berlomba-lomba menebar pengaruh di banyak negara. Salah satu ajang persaingan AS dan Soviet berada di Kuba.

Negara di Amerika Latin itu mendekat ke kubu Soviet setelah pasukan pemberontak pimpinan Fidel Castro menjungkalkan diktator dukungan AS, Fulgencio Batista, pada 1959. Soviet pun langsung memanfaatkan Kuba sebagai pangkalan rudal untuk mengancam AS.

Langkah ini sudah diantisipasi Washington, apalagi Soviet memiliki kemampun membuat senjata nuklir. Maka, dalam pengumuman di televisi, Kennedy mengatakan bahwa pesawat mata-mata AS sudah menemukan basis peluncuran rudal Soviet di Kuba.

Fasilitas peluncuran itu akan segera selesai. Rudal berjarak menengah itu diyakini mampu mencapai sejumlah kota besar di AS, termasuk Washington DC.

Maka, Kennedy mengumumkan bahwa militer AS sudah bersiap akan mengerahkan tindakan apa pun untuk mencegah peluncuran rudal Soviet di Kuba, yang dia anggap sebagai ancaman provokatif bagi perdamaian dunia.

Kapal-kapal perang AS diperintahkan memblokade kapal-kapal Soviet yang mengarah ke Kuba, karena diyakini membawa komponen rudal maupun senjata nuklir yang siap dipasang. Manuver ini pun ditanggapi serius oleh Soviet, yang mengancam bakal mengerahkan kekuatan militer untuk mengatasi blokade AS itu.

Demi mencegah terjadinya perang yang dahsyat antara AS dengan Soviet, PBB bersama lebih dari 40 negara Gerakan Non Blok meminta segera diadakan perundingan antara Washington dan Moskow. 

Kennedy maupun Nikita Khrushchev bersedia memenuhi tuntutan PBB itu. Dalam perundingan yang memakan waktu berhari-hari, Soviet berjanji tidak akan membangun pangkalan rudal di Kuba, namun dengan syarat: AS tidak akan sekalipun menginvasi negara itu. Belakangan, Soviet pun meminta AS juga melucuti semua rudalnya di Turki. Kedua pemerintah bersepakat.

Pada 28 Oktober 1962, Soviet akhirnya mengumumkan pelucutan semua senjatanya di Kuba. Beberapa hari kemudian, pada November 1962, Kennedy mengumumkan berakhirnya blokade AS atas kapal-kapal Soviet di perairan Kuba dan melucuti rudal-rudalnya di Turki.   

Bagi kalangan pengamat, ketegangan AS dan Soviet soal krisis rudal di Kuba itu bisa mengancam terjadinya perang dalam skala besar bila tidak segera ditangani dengan pendekatan diplomasi. (http://www.viva.co.id/)
 
Sikasik News © . All Rights Reserved.